Tahun Depan, Fauzan Janji Undang Kepala Daerah Bali Ikuti Pujawali Dan Perang Topat

Tradisi Pujawali dan Perang Topat

Grafika News - Giri Menang - Pujawali dan perang topat merupakan kegiatan seni budaya antara umat Muslim dan Hindu. Pujawali dan Perang Topat menyuguhkan pluralisme kuat yang melibatkan dua umat beragama – Islam dan Hindu. Pernyataan tersebut disampaikan Bupati Lombok Barat (Lobar), H. Fauzan Khalid saat memberi sambutan pada event Pujawali dan Perang Topat di Taman Lingsar, Rabu (11/12).

“Insya Allah sebelum acara puncak Perang Topat tahun 2020 saya keliling Bali untuk mengundang sejumlah bupati dan walikota,” tegas bupati.

Para Bupati dan Wali Kota di Bali, sebut bupati, perlu hadir untuk turut menyaksikan asal usulnya. Bupati akan menjalin kerja sama dan kebersamaan antara Lombok-Bali, sehingga nilai kebersamaan bisa menyebar di seluruh NKRI.

“Kegiatan ini sarat dengan simbol-simbol bahwa dua suku dan agama ini saling menghormati, saling menghargai,” ujar bupati.

Bupati Fauzan selanjutnya menjelaskan secara singkat pujawali dan perang topat. Awalnya di Lingsar, cerita bupati, pernah didatangi seorang wali (Muslim) dari Demak-Jawa Tengah bernama Raden Sumilir. Kedatangannya untuk menyebarkan agama Islam. Pada saat yang relatif bersamaan, datang pula orang Hindu dari Bali untuk menyebarkan agama Hindu di Lingsar. Dalam situasi yang mengarah ke konflik tersebut, muncul ide dari para sesepuh Muslim maupun Hindu mentransformasi potensi konflik ke dalam bentuk Perang Topat. 

“Dari Lingsar untuk Lombok Barat, dari Lombok Barat untuk Nusa Tenggara Barat, dan dari Nusa Tenggara Barat untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujar bupati bersemangat.


Masyarakat pun tidak sedikit yang mengambil dan membawa pulang ketupatnya. Mereka meyakini topat yang dibawa dapat menyuburkan tanaman buah, caranya mereka menggantung di pohon atau ditaruh di sawah. Dipercaya, topat tersebut akan membawa keberkahan dan kesuburan baik sawah maupun tanaman. (Ige)

Tags: